Rabu, 26 Oktober 2011

Ikhlaskah Aku Menjalani Hidupku ?

Tak tau aku harus mulai dari mana menuangkan cerita ini dalam tulisan…
waktu pun semakin larut berjalan tiada henti jam dindingku pun dengan ikhlasnya berjalan tanpa menuntut apapun dia mampu menjalani rutinitas yang memang sudah menjadi keharusanya berjalan terus berjalan tiada henti tiada mengeluh itulah jam dindingku…
lain halnya dengan si pemilik jam dinding ini dia selalu mengeluh menghadapi kepenatan dan kepadatan jadwal hidupnya…
mungkin karna tiada keikhlasan di dalam hatinya…
itu yang membuat dirinya menderita menjalani takdir hidupnya…
hidup oh hidup betapa berat kurasa itulah ungkapnya tiada putusnya beban ini pun selalu berganti satu dengan lainya…
tapi itulah hidup memang begitu adanya…

pasti anda pernah mendengar ungkapan “Dunia ini hanyalah permaininan “
ya begitulah dunia kita tak perlu memberikan hati kita untuk dunia ini..
sekedarnya saja dalam menjalani dunia ini…
sekedarnya saja bukan berarti kita menjadi malas malasan dan hanya mencari nafkah secukupnya…
jika itu yang kita lakukan oh betapa egoisnya kita carilah harta sebanyak mungkin agar dapat menolong orang lain semisal mendirikan tempat tempat ibadah mensekolahkan anak yatim dan mensuply pesantren pesantren agar lebih maju tidakah kau fikirkan itu kawanku…
karna hidup ini bukan hanya untuk kita marilah berbagi kebaikan berbagi apapun yang bisa kita bagi untuk kebaikan…
tapi di balik semangat yang menggebu itu akan lebih indah jika di dasari dengan semangat keikklasan keikhlasan tuk menjalani hidup ini agar hati kita selalu senantiasa merasa lega…
ikhlaskan semua masalah yang menghampirimu pasrahkan semua kepada sang maha memberi Alloh subhanahu wata’ala..
aduh ternyata aku sudah melantur terlalu jauh,tapi itu yang bergejolak dalam hatiku mencari keikhlasan yang tiada henti namun sulit sekali tuk di temui antara ikhlas dan mengeluh pun tiada setara perasa’an mengeluh dan tiada puasnya dalam hati ini selalu mengiringi setiap ambisi tatkala ambisi tak bisa di penuhi jiwa ini pun ikut merintih meratapi..
sekan hidup tak adil yang di jumpai…
mungkin ini yang di sebut derajat awam…
kadar cinta ini hanyalah secuil yang bisa di tampakan kepada sang pemberi (Alloh tuhan semesta alam )
belum ada seujung kuku cinta tuk menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan tak taulah apakah sa’anya kapan aku kan dapat memberikan seluruh cinta jiwa dan raga kepada-Nya..
walau kutahu jiwa dan raga ini dan segala sesuatu yang ada hanyalah milik-Nya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar